Rabu, 10 Juli 2013

Saya Adalah Generasi 'Digagalkan'


Timnas,Cita cita anak bangsa
Sepakbola telah menjadi tampilan utama bangsa kita. Sebagai sebuah negara besar di Asia. Indonesia memiliki banyak sekali keragaman budaya yang unik,namun semua itu terasa menjadi satu dikala Tim Nasional Indonesia dengan seragam Merah nan berkilau ditambah lautan merah yang tak pernah kosong di tribun Senayan. Begitu juga saya memiliki cita-cita yang sama dengan anak-anak muda lainnya di Indonesia.

  Menjadi pemain sepakbola terutama seorang pengisi squad Merah Putih adalah kebanggaan yang tidak terkira didalam hati seorang anak Indonesia,dimana seakan akan ingin berperang untuk mempertahankan nama bangsa Indonesia. Sejak kecil saya sendiri memang sudah diisi oleh keluarga pencinta sepakbola.

  Saya sendiri adalah penggemar klub asal ibukota Persija Jakarta,dan juga pengidola seorang tokog bernama Bambang Pamungkas yang tentu anda semua pasti tau. Saya pada saat itu memiliki tekad untuk menjadi pemain sepakbola. Entah kenapa ambisi ini begitu menggebu-gebu di dalam benak saya sendiri. Berbagai event saya ikut dari Milan Junior Camp,Seleksi Timnas u14 hingga u16. Namun tetap saja saya tidak bisa menuai hasil yang baik.

  Memang,lagipula apa yang saya bisa dapat dari skill pas pas an ini? tetapi tidak ada yang tidak bisa bagi saya,saya terus berlatih dan menimba ilmu dari Ayah saya yang merupakan pelatih di Metrostars juga.

  Sedikit tentang Metrostars,tidak pernah sebelumnya saya berpikir untuk memiliki organisasi sepakbola anak-anak seperti ini. Namun ini sempat terlewat di benak saya untuk mengajak teman-teman dekat pecinta sepakbola menjadi satu buah kelompok yang menjalankan kegiatan positif.
Futsal with metrostars

  Namun,semenjak tanggal 17 Juni 2013,saya akhirnya sudah memutuskan untuk berhenti dari cita-cita saya tersebut. Memang terlalu cepat bagi saya untuk meninggalkan sepakbola. Bukannya menyerah,tapi apa daya berusaha berlari di jalan yang tidak ada ujungnya.

  Kisruh sepakbola nasional tidak pernah berhenti-henti,anak-anak yang sedang berusaha terbang seakan dipatahkan sayapnya. Pengurus di atas sana hanya mementingkan diri sendiri sendiri. entah kenapa saya melihat ada sesuatu yang berbeda di sepakbola kita.

  Menurut saya adalah sesuatu yang aneh dimana PSSI ingin mendatangkan Maradona dengan harga 12 Milyar. Sementara 12 Milyar itu apabila dimanfaatkan tentu akan bisa menghasilkan Maradona baru untuk Indonesia,begitu kira-kira kata-kata dari seorang Timo Schenumann. Betul saya pun juga setuju,berkali kali tim asing datang ke negeri ini. Tapi apa gunanya kalau Kaos lah yang mereka cari bukan Ilmu.

  Seleksi Timnas amburadul, antar pemain berselisih,pelatih diganti-ganti tanpa hasil. Saya butuh kepastian,waktu berjalan terus saya tidak bsia menunggu permasalahan di sepakbola ini selesai. Saya juga memiliki kewajiban sebagai pelajar,bayangkan saja bagaimana para pemain muda berbakat di negeri ini yang sudah berusaha mengejar cita-cita hingga harus meninggalkan sekolahnya. apakah masa depannya terjamin?

  Sampai kapan ribut ribut ini harus cepat usai,makin lama yang akan menghalangi adalah orangtuanya karena melihat pemain sepakbola di negeri ini mendapat makanpun susah hingga harus mengamen. Apa yang bsia dikejar dari itu? bahkan suporter pun masih ada saja acara bunuh-bunuhan. bukannya menjadi sesuatu yang dicita-citakan. Sepakbola malah menjadi alat untuk bunuh diri.

Metrostars : Football for Fun
  Apabila Bambang Pamungkas pernah berkata bahwa ia adalah generasi gagal,maka saya pun beranggapan bahwa generasi saya akan digagalkan oleh para orang yang mengaku sebagai pengurus tapi tidak bertanggung jawab. Di negara lain pemain Sepakbola dibayar untuk berlari menendang-nendang bola,namun di negeri ini? saya rasa tidak! mereka hanya seperti boneka yang digunakan untuk kepentingan tertentu. kurang lebih seperti itu.

  Oleh karena itu saat ini saya dan Metrostars memutuskan untuk sekedar menjadi tim hobby saja. Jika ada yang ingin bergabung dari manapun silahkan kami membuka pintu lebar-lebar. Lebih baik kita bermain sepakbola untuk kesenangan daripada ikut berpusing-pusing speerti Ular mencari kakinya yang hilang. Terkadang ingin ikut kompetisi,namun apa gunanya jika masih ada pencurian umur dan curang-curangan. Hasilnya Percuma "Fair Play" hanya menjadi stiker belaka.

  Saya sudah tidak menggantungkan cita-cita terhadap sepakbola lagi,saya sudah cukup merasakan indahnya bekerja sama dan mencetak gol,kini saya kembali lagi di Metrostars hanya untuk mengisi waktu kosong saya dengan kegiatan positif. Sepakbola sudah menjadi hasil yang belum pasti masa depannya.

  Terimakasih sudah membaca,semoga bermanfaat ^_^ mohon maaf bila ada kata-kata yang menyinggung dan kurang berkenan di hati anda. Hanya Curhat. Kritik dan Saran akan sangat bermanfaat bagi saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar